Senin, 03 November 2014

.Grove Park Inn, North Carolina



1.Grove Park Inn, North Carolina

Sebuah hotel di Asheville, North Carolina, AS telah dibangun sejak tahun 1913. Bangunan ini telah masuk dalam salah satu gedung bersejarah di AS. Hotel yang menghadap Gunung Sunset ini memiliki pesona tersendiri saat sore dan malam hari.
 Namun sebuah kisah mengenaskan pernah terjadi pada sekitar tahun 1920. Seorang wanita entah bunuh diri atau didorong ke luar dari jendela kamar 545. Sejak saat itu, muncullah hantu yang sering disebut Pink Lady.
 Hantu ini diduga sebagai hantu sang wanita yang telah meninggal. Dipanggil Pink Lady atau Wanita Merah Jambu karena gaunnya yang berwarna demikian. Banyak yang masih melihat penampakannya di dalam hotel hingga kini.

Benteng Vastenburg



10. Benteng Vastenburg 
Satu lagi kisah miris, adalah penelantaran dan penghancuran sedikit demi sedikit benteng Vastenburg. Benteng ini dibangun pada 1745 oleh Gubernur Jenderal Imhoff. Sayang oleh Walikota era Suharto, yaitu Hartomo (yang tentu pada zaman itu semboyannya adalah *hargin (hari gini) nggak korupsi???* dijual ke pihak swasta (atau bahasa halusnya ditukar guling) dan akan dibangun hotel bintang 5. Huh, apapun istilahnya, mau ditukar guling, kambing guling, babi kecap, rica2 gukguk, tetap saja kan itu bangunan bersejarah milik warga Solo, enak aja mau dibikin hotel yang nggak jelas manfaatnya buat rakyat.
Pengembalian benteng Vastenburg ke masyarakat Solo ini terus diperjuangkan oleh Jokowi semasa pemerintahannya, namun tetep saja masalah hak milik ini sangatlah rumit (apalagi benteng ini secara *legal* udah telanjur dibeli swasta). Jadinya ribet deh, gua juga pusing nih.
Nah, kalo sekilas kalian lewat benteng Vastenburg mungkin kalian akan lihat benteng ini terbengkalai. Lebih parahnya lagi, bangunan2 kuno di dalamnya (foto di bawah) sudah telanjur dihancurkan oleh pemilknya sekarang.

Pabrik Es Saripetojo



9. Pabrik Es Saripetojo 
Sekilas dilihat sih emang bangunan ini nggak spesial. Seiring perkembangan zaman, bangunan inipun terus dipugar sehingga bentuk aslinya tak terlihat lagi. Namun yang namanya nilai historis kan tak hanya dilihat dari sisi bangunannya saja. Walaupun menyimpan nilai sejarah tinggi, pabrik es yang sudah berdiri sejak zaman kolonial ini dirubuhkan atas perintah Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Kenapa sih dirubuhin? Rencananya  sih mau dibikin supermarket yang depannya G belakangnya S terus artinya “raksasa” gitu (nggak boleh nyebut merek ya). Hal itu memicu perseteruan dengan Walikota Solo saat itu,Jokowi yang tak setuju dengan penghancuran gedung bersejarah tersebut. Selain itu, rencananya pembangunan supermarket Gian*s tersebut (oooops keceplosan deh hehehe *ekspresi pembaca: nih anak ngeselin banget*) juga ditentang habis2an oleh penduduk sekitarnya sebab terdapat banyak pasar tradisional di daerah tersebut.
Namun apa daya, berkat kepiawaian gubernur Bibit yang luar biasa jeli dalam melihat potensi ekonomi (hebat banget ya, pantesan Jawa Tengah maju banget sekarang ) gedung bersejarah ini terlanjur rata dengan tanah. Berita terbaru, akan dibangun hotel dan convention center yang diizinkan berdiri dengan catatan tetap menjaga bangunan2 kuno yang masih tersisa di areal bekas Saripetojo.

Gedung Kerapatan Deli



8. Gedung Kerapatan Deli 
Melihat kemegahan gedung bersejarah ini, rasanya sangat menyayat hati begitu tahu bangunan ini sengaja dirubuhkan oleh pemerintah Medan. Saking tersayatnya, aku sampai nggak kuasa ngetik dan cuma copy-paste aja dari blog lain (padahal emang males hehehe).
“Sebelum Ibu kota Kabupaten Deli Serdang di pindahkan ke Lubuk Pakam, Kota Medan merupakan Ibukota Kabupaten Deli Serdang. Kantor Bupati Deli Serdang menempati Gedung Kerapatan yang berfungsi sebagai ruang kerja Sultan dan juga sebagai lembaga peradilan bagi orang-orang yang masa tidak tunduk kepada hkum kolonial Belanda. Gedung ini dibangun pada masa kekuasaan Sultan Ma’mun Al Rasyid Alamsyah pada tahun 1906. Gedung Balai Kerapatan terletak didepan Istana Maimun, tepatnya sekarang di Jalan Brigjen. Katamso, namun gedung ini sudah rata dengan tanah pada tahun 2004 oleh kebijakan Walikota Medan Abdillah.” 

Gereja Kubah



7. Gereja Kubah 
Yap, pada 1736 di Kota Tua Batavia (seberang Stadhuis, Museum Fatahillah sekarang) pernah berdiri sebuah gereja yang unik dan keren banget. Namanya adalah Gereja Kubah atau bahasa Belandanya: Nieuwe Hollandsche Kerk (huh…admin ngucapinnya aja ampe laptop basah semua). Gereja ini dibangun oleh Christoffer Moll. Namun sayangnya karena basically dia bukan arsitek, maka ketika terjadi gempa 3 tahun setelah pembangunannya selesai, gereja ini mengalami kerusakan yang parah. Hmm…emang apa sih kerjaannya Christoffer Moll ini? Pejabat? Seniman? Dosen? Bukan …
dia tukang roti.YA IYALAH AMBRUK, TUKANG ROTI DISURUH BIKIN BANGUNAN! Najis ih kompeni zaman dulu. Well, back to history, kerusakan gereja ini dan diperparah dengan bangkrutnya VOC membuat Daendels pada 1808 menyuruh gereja ini untuk dibongkar dan tanahnya dijual untuk menambah kas kompeni. Wah sayang ya. Tapi kalo mau melihat sekilas seperti apa gereja ini, ada kok maketnya di Museum Fatahillah.

Hotel des Indes



5. Hotel des Indes
Wah cukup miris juga pas aku membaca mengenai nasib hotel ini. Hotel ini berdiri sejak 1856 dan pernah menjadi saksi sejarah yang sangat penting, sebab di hotel ini ditandatangani perjanjian Roem-Royen pada 7 Mei 1949. Bahkan, penamaan Hotel des Indes sendiri merupakan usul dari Douwes Dekker. Hotel ini terkenal karena kemewahannya, bahkan Alfred Russel Wallace (pencetus teori evolusi sebelum idenya dicuri Charles Darwin) pernah menginap di sini. Sayangnya, pada tahun 1971, hotel super-bersejarah ini dirobohkan untuk dibangun Kompleks Pertokoan Duta Merlin. Hmm…terima kasih kaum kapitalis telah merusak bangunan bersejarah kami untuk mempertebal dompet anda 

Universitas Narotama